
Kritik Pedas Ruben Amorim terhadap Marcus Rashford. Kemenangan tipis 1-0 Manchester United atas Fulham di Craven Cottage pada Senin (27/1/2025) tidak mampu meredakan ketegangan seputar masa depan Marcus Rashford di klub. Meski tiga poin tersebut mengangkat posisi Setan Merah di klasemen Liga Inggris, pembahasan pasca-pertandingan justru didominasi komentar pedas manajer Ruben Amorim tentang absennya sang penyerang Inggris dari skuad.
Kemenangan yang Tercemar Kontroversi
Laga itu sendiri dimenangkan United berkat gol Bruno Fernandes pada menit kedua. Namun, keputusan Amorim untuk mengabaikan Rashford selama enam pekan berturut-turut—dan komentarnya setelahnya—justru menjadi sorotan. Pelatih asal Portugal itu tak ragu menyatakan bahwa ia lebih memilih menurunkan pelatih kiper berusia 63 tahun, Jorge Vital, daripada Rashford yang dinilainya kurang dedikasi.
Sikap Tegas Amorim Soal Disiplin
Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, Amorim menegaskan filosofinya: Rashford diabaikan karena konsisten gagal memenuhi standar latihan dan profesionalisme. “Ini tentang upaya sehari-hari, tentang bagaimana seorang pesepakbola menjalani hidupnya,” tegas Amorim. “Selama tidak ada perbaikan sikap, pendirian saya takkan goyah. Saya akan pilih Vital daripada pemain yang tidak memberi usaha maksimal setiap hari.”
Pendekatan Amorim sejalan dengan reputasinya sebagai figur disipliner. Sejak mengambil alih United, ia memprioritaskan etos kerja ketimbang popularitas bintang—sikap yang disambut fans yang lelah melihat underperformance para pemain. Namun, kritik terbukanya terhadap Rashford—pemain akademi yang pernah dielu-elukan sebagai simbol kebangkitan United—memantik perdebatan soal taktik manajemen.
Persimpangan Rashford: Komitmen vs Ketidakpastian
Sumber dekat Rashford menyebut pemain berusia 27 tahun itu masih ingin membuktikan diri di United meski terjadi gesekan. “Marcus ingin tunjukkan ia layak di sini,” ujar sumber anonim. “Ia menghormati visi Amorim, tapi merasa dinilai tidak adil.” Kubu Rashford mengingatkan rekam jejaknya yang mencetak 30 gol di musim 2023/24 sebagai bukti nilai dirinya ketika fokus.
Dulu dianggap sebagai ikon kesuksesan akademi United, karier Rashford justru mencerminkan kegelisahan klub. Kecepatannya yang memukau dan kerja sosial di luar lapang kerap kontras dengan performa tak konsisten di lapangan. Kedatangan Amorim seolah menjadi titik balik: tuntutan konsistensi mutlak yang belum bisa dipenuhi Rashford.
Rumor Transfer Mentok
Menjelang penutupan bursa transfer Januari pada 3 Februari, calon pembeli menghadapi kendala. AC Milan, yang awalnya dikaitkan dengan pinjaman, beralih ke Kyle Walker (Manchester City) karena masalah finansial. Minat Barcelona masih sekadar wacana, tergantung pelepasan pemain seperti Eric Garcia atau Ansu Fati—yang belum menunjukkan keinginan hengkang dari Camp Nou.
Minimnya opsi keluar membuat Rashford terjebak dalam ketidakpastian. Kepergian di Januari kini tampak mustahil, memaksa pemain dan pelatih bertahan dalam situasi genting. Seperti diungkapkan komentator Gary Neville di Sky Sports: “Ini ujian otoritas Amorim. Jika Rashford bertahan, ia harus beradaptasi. Jika pergi, itu bukti kendali penuh pelatih di ruang ganti.”
Gambaran Besar: Pergeseran Budaya di Old Trafford
Sikap keras Amorim mencerminkan perubahan besar di bawah kepemimpinan baru United. Sejak grup INEOS pimpinan Sir Jim Ratcliffe mengambil alih kendali sepak bola, klub lebih fokus pada reset budaya ketimbang solusi instan. Situasi Rashford menjadi simbol penolakan terhadap era “kekuasaan pemain” yang mewarnai masa sulit pasca-Ferguson.
Reaksi Fans Terbelah
Suporter masih terpecah. Banyak yang memuji pendekatan tegas Amorim, tapi sebagian khawatir kehilangan pahlawan lokal. Polling media sosial menunjukkan 58% mendukung keputusan pelatih, sementara 42% mendesak rekonsiliasi. Seperti dikatakan Sarah Whittaker, fans seumur hidup, ke BBC Radio Manchester: “Kami sudah sering melihat hal seperti ini—pemain berbakat yang tak tampil maksimal. Tapi Marcus bukan pemain biasa. Dia adalah bagian dari kami.”
Apa Selanjutnya?
Sorotan kini beralih ke laga Piala FA United kontra Preston North End dari Championship. Kehadiran—atau ketidakhadiran—Rashford bisa menjadi sinyal apakah hubungan masih bisa diperbaiki. Bagi Amorim, taruhannya melampaui hasil: ini tentang membangun era baru akuntabilitas. Bagi Rashford, ini momen krusial untuk menata ulang warisannya di klub yang ia datangi sejak kecil.
Mendekati hari penutupan bursa transfer, petinggi United dihadapkan pada tekanan untuk menjadi penengah. CEO Omar Berrada dan direktur olahraga Dan Ashworth harus memilih: mendukung Amorim tanpa syarat atau mempertahankan nilai aset penyerang senilai £70 juta. Apapun hasilnya, Amorim telah mempertegas satu hal: di Manchester United, komitmen kini mengalahkan reputasi.